Jumat, 08 Juni 2018

RUMBEL#MENULIS JUNI 1


UBAH RIVALRY MENJADI KOLABORASI

Memutuskan menjadi ibu yang membersamai anak-anak penuh waktu tentu bukan perkara yang mudah bagi hampir semua wanita, dan salah satunya adalah saya. Tetapi setiap keputusan yang diambil harus diikuti dengan kesiapan akan konsekuensi yang akan dihadapi. Kondisi kesibukan dirumah yang hampir 24 jam non stop, rumah berantakan, perkelahian anak-anak hanya karena masalah sepele dan masih banyak lagi kondisi yang tak jarang membuat hati terasa sempit dan pikiran sumpek. Bahkan mungkin stress tidak bisa dipungkiri saya alami, meski bersyukur Allah masih menjaga saya dalam kondisi stress yang wajar. Inilah yang berusaha saya kuatkan dalam diri saya, bahwa sekecil apapun yang saya lakukan pasti tidak akan sia-sia di hadapan Allah. Alhamdulillah Allah telah menganugerahkan 3 orang anak laki-laki. Raihan(7y), Zaidan(4y6m) dan Haikal(2m25d) pada saya dan suami. Dengan kondisi ini saya berusaha menyiapkan diri membersamai harta suami dengan sebaik-baiknya tentunya karena usia anak-anak adalah usia dengan tumbuh kembangnya masing-masing yang harus di stimulasi.

Raihan dan Zaidan adalah dua kakak beradik yang sama-sama memiliki sifat dominan dengan karakter dan pembawaan mereka masing-masing. Terkadang perbedaan karakter yang sama-sama dominan ini tak jarang menjadi penyebab perkelahian di antara mereka. Beradu mulut, tangan dan kaki seperti menjadi santapan tiap hari yang harus dihadapi umi meski hanya 5-10 menit. Itu untuk sekali perkelahian ya… bisa dibayangkan sehari berapa kali mereka berkelahi. Kelahiran adek Haikal yang diharapkan bisa menjadi penyejuk ditengah konflik dua kakak ini tak urung justru menjadi pemicu pula sibling rivalry diantara mereka. Berebut ambilkan baju, berebut memegang, berebut tempat mendekati adek, berebut ini itu dan masih banyak lagi. Aduuuhhh pusing terkadang saya oleh ulah mereka. Dan harus menemukan strategi ubah rivalry ini menjadi kolaborasi. Bisakah??? Harus bisa!!

Hasil belajar dari banyak grup tentang menemukan unik diri dan unik diri anak-anak setidaknya bisa menjadi modal menemukan strategi ubah rivalry menjadi kolaborasi. Unik diri kakak Ihan adalah dia anak yang banyak banget energinya (achiever), sangat sigap membantu ini itu dan masih banyak lagi. Sedangkan unik diri Kakak zaidan pada kemampuan bahasa dan komunikasi. Maka strategi pertama yang saya lakukan adalah menyampaikan pada ananda tetang kelebihan masing-masing. Dan mereka bisa saling melengkapi. Saya sampaikan jika minta tolong ambilkan ini itu, umi akan minta tolong pada kakak Ihan yang cepat. Sedangkan jika umi butuh bantuan untuk menemani adek Haikal umi akan minta tolong pada kakak Zaidan yang pandai bercerita dan bernyanyi untuk adek. Seketika setelah mendengar hal itu duo kakak tersenyum puas merasa memiliki kelebihan yang sangat dibutuhkan untuk membantu umi. Maka sejak saat itu duo kakak mulai bisa berbagi tugas sesuai dengan kelebihan yang mereka miliki dan terkadang saling mengfingatkan satu sama lain. Alhamdulillah setelah menemukan unik diri anak dan mereka tau, mereka lebih jarang saling menuntut dan berebut hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan. Justru sebaliknya mereka akan bersegera membantu umi dengan melakukan banyak hal sesuai keunikan mereka.

Apakah sudah cukup sampai disini?? Tentu saja belum. Ternyata rivalry masih juga muncul di sisi yang lain. Hmmm tunggu rumusan strategi yang lain ya…


Solichati,8 Juni2018

#BelajarMenulis
#PenulisPemula

Tidak ada komentar:

Posting Komentar