UBAH RIVALRY MENJADI KOLABORASI
Memutuskan menjadi ibu yang membersamai anak-anak
penuh waktu tentu bukan perkara yang mudah bagi hampir semua wanita, dan salah
satunya adalah saya. Tetapi setiap keputusan yang diambil harus diikuti dengan
kesiapan akan konsekuensi yang akan dihadapi. Kondisi kesibukan dirumah yang
hampir 24 jam non stop, rumah berantakan, perkelahian anak-anak hanya karena
masalah sepele dan masih banyak lagi kondisi yang tak jarang membuat hati
terasa sempit dan pikiran sumpek. Bahkan mungkin stress tidak bisa dipungkiri
saya alami, meski bersyukur Allah masih menjaga saya dalam kondisi stress yang
wajar. Inilah yang berusaha saya kuatkan dalam diri saya, bahwa sekecil apapun
yang saya lakukan pasti tidak akan sia-sia di hadapan Allah. Alhamdulillah
Allah telah menganugerahkan 3 orang anak laki-laki. Raihan(7y), Zaidan(4y6m)
dan Haikal(2m25d) pada saya dan suami. Dengan kondisi ini saya berusaha
menyiapkan diri membersamai harta suami dengan sebaik-baiknya tentunya karena
usia anak-anak adalah usia dengan tumbuh kembangnya masing-masing yang harus di
stimulasi.
Raihan dan Zaidan adalah dua kakak beradik
yang sama-sama memiliki sifat dominan dengan karakter dan pembawaan mereka
masing-masing. Terkadang perbedaan karakter yang sama-sama dominan ini tak
jarang menjadi penyebab perkelahian di antara mereka. Beradu mulut, tangan dan
kaki seperti menjadi santapan tiap hari yang harus dihadapi umi meski hanya
5-10 menit. Itu untuk sekali perkelahian ya… bisa dibayangkan sehari berapa
kali mereka berkelahi. Kelahiran adek Haikal yang diharapkan bisa menjadi
penyejuk ditengah konflik dua kakak ini tak urung justru menjadi pemicu pula
sibling rivalry diantara mereka. Berebut ambilkan baju, berebut memegang,
berebut tempat mendekati adek, berebut ini itu dan masih banyak lagi. Aduuuhhh pusing
terkadang saya oleh ulah mereka. Dan harus menemukan strategi ubah rivalry ini
menjadi kolaborasi. Bisakah??? Harus bisa!!
Hasil belajar dari banyak grup tentang
menemukan unik diri dan unik diri anak-anak setidaknya bisa menjadi modal
menemukan strategi ubah rivalry menjadi kolaborasi. Unik diri kakak Ihan adalah
dia anak yang banyak banget energinya (achiever), sangat sigap membantu
ini itu dan masih banyak lagi. Sedangkan unik diri Kakak zaidan pada kemampuan
bahasa dan komunikasi. Maka strategi pertama yang saya lakukan adalah menyampaikan
pada ananda tetang kelebihan masing-masing. Dan mereka bisa saling melengkapi. Saya
sampaikan jika minta tolong ambilkan ini itu, umi akan minta tolong pada kakak
Ihan yang cepat. Sedangkan jika umi butuh bantuan untuk menemani adek Haikal
umi akan minta tolong pada kakak Zaidan yang pandai bercerita dan bernyanyi
untuk adek. Seketika setelah mendengar hal itu duo kakak tersenyum puas merasa
memiliki kelebihan yang sangat dibutuhkan untuk membantu umi. Maka sejak saat
itu duo kakak mulai bisa berbagi tugas sesuai dengan kelebihan yang mereka
miliki dan terkadang saling mengfingatkan satu sama lain. Alhamdulillah setelah
menemukan unik diri anak dan mereka tau, mereka lebih jarang saling menuntut
dan berebut hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan. Justru sebaliknya mereka akan bersegera
membantu umi dengan melakukan banyak hal sesuai keunikan mereka.
Apakah sudah cukup sampai disini?? Tentu saja
belum. Ternyata rivalry masih juga muncul di sisi yang lain. Hmmm tunggu
rumusan strategi yang lain ya…
Solichati,8 Juni2018
#BelajarMenulis
#PenulisPemula
Tidak ada komentar:
Posting Komentar