Minggu, 10 Juni 2018

RBI2#DIALOG IMAN#Day30


MENATA MIMPI

Seperti hari-hari biasanya kami selalu meluangkan waktu untuk dialog, diskusi dan entah apa namanya. Dari obrolan ringan hingga membawa kami mendiskusikannya dari sisi aturan Allah (syariat Islam). Berangkat dari keluh kesah seorang ibu yang ingin sekali berangkat ke masjid untuk iktikaf tetapi terhalang ijin dan keridhoan suami. Hmmm bukankah bisa menunaikan Iktikaf di 10 hari terakhir Ramadhan adalah impian, ya tepatnya mungkin hanya segelintir orang. Tetapi ternyata mimpi pun harus di tata agar tak sekedar mimpi atau malah jatuh pada andai-andai yang mengantarkan pada pekerjaan setan.

Hal ini mengantarkan saya berimajinasi Tentang mewujudkan mimpi. Ya bagi saya seorang istri yang awalnya bekerja diranah public, kemudian karena satu dan lain hal semisal kesulitan mengatur waktu dan ridho suami, mengantarkan saya dan suami pada keputusan untuk resign dari pekerjaan. Apalagi bagi tipe orang yang sangat aktif atau suka banget dengan kesibukan bukan perkara mudah untuk memilih berdiam dirumah. Meski kalau dipikir-pikir justru pekerjaan dirumah ini gak ada habisnya kalau mau dilakukan semuanya.

Setidaknya sudah hampir 5 tahun saya berusaha menikmati fluktuasi emosi saat menyibukkan diri di dalam rumah. Suka-duka, bahkan tak jarang mengantarkan pada kebosanan masih sering menghampiri. Apalagi jika melihat bahwa begitu banyak potensi yang Allah titipkan tetapi merasa diri ini stagnan tak berbuat apapun yang bermanfaat. Ahhh sedih, nyesel campur aduk hingga kadang tak mengerti perasaan ini. Satu hal yang selalu menjadi motivasi saya untuk harus segera bangkit bahwa tidak aka nada hal yang sia-sia sekecil apapun di hadapan Allah. Maka harus segera berbenah.

Menata mimpi di kala tak lagi sendiri bukanlah perkara yang mudah. Apalagi sebagai seorang wanita yang telah bersuami dan bahkan memiliki 3 orang anak balita. Begitu banyak hal yang ingin dilakukan tetapi kondisi yang ada memaksa diri untuk bersabar dan syukur. Selalu menguatkan diri bahwa bagi seorang istri ridho suami tetap harus menjadi hal utama yang harus dikantongi dalam meraih mimpi. Dan tentunya ketika tak lagi sendiri mimpi ini bukan sekedar pemenuhan ambisi pribadi. Menata mimpi bersama, hingga mimpi diri ini menjadi mimpi bersama. Belajar dan berbenah bersama meski pasti tidak akan lebih mudah. Disinilah kami belajar untuk menahan ego pribadi yang tak jarang sesekali muncul untuk membela diri. Astaghfirullah…

Ahh apalah yang dicari di tengah hiruk pikuk dunia ini yang akan mengantarkan kita terlena pada dunia hingga sangat condong kecintaan pada dunia dan semakin takut dengan kematian. Menata mimpi … 
Mimpi kita tak sekedar bahagia dunia. Akhirat tetap menjadi tujuan akhirnya. Semoga Allah menjadikan kami sekeluarga termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Solichati,10Juni2018

#RuangBerkaryaIbu
#IbuProfesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#DialogIman
#Proyek1:MotivationProject
#Day30



Tidak ada komentar:

Posting Komentar