MENATA MIMPI
Seperti hari-hari biasanya kami selalu
meluangkan waktu untuk dialog, diskusi dan entah apa namanya. Dari obrolan
ringan hingga membawa kami mendiskusikannya dari sisi aturan Allah (syariat
Islam). Berangkat dari keluh kesah seorang ibu yang ingin sekali berangkat ke
masjid untuk iktikaf tetapi terhalang ijin dan keridhoan suami. Hmmm bukankah
bisa menunaikan Iktikaf di 10 hari terakhir Ramadhan adalah impian, ya tepatnya
mungkin hanya segelintir orang. Tetapi ternyata mimpi pun harus di tata agar
tak sekedar mimpi atau malah jatuh pada andai-andai yang mengantarkan pada
pekerjaan setan.
Hal ini mengantarkan saya berimajinasi Tentang
mewujudkan mimpi. Ya bagi saya seorang istri yang awalnya bekerja diranah public,
kemudian karena satu dan lain hal semisal kesulitan mengatur waktu dan ridho
suami, mengantarkan saya dan suami pada keputusan untuk resign dari pekerjaan.
Apalagi bagi tipe orang yang sangat aktif atau suka banget dengan kesibukan
bukan perkara mudah untuk memilih berdiam dirumah. Meski kalau dipikir-pikir
justru pekerjaan dirumah ini gak ada habisnya kalau mau dilakukan semuanya.
Setidaknya sudah hampir 5 tahun saya berusaha
menikmati fluktuasi emosi saat menyibukkan diri di dalam rumah. Suka-duka,
bahkan tak jarang mengantarkan pada kebosanan masih sering menghampiri. Apalagi
jika melihat bahwa begitu banyak potensi yang Allah titipkan tetapi merasa diri
ini stagnan tak berbuat apapun yang bermanfaat. Ahhh sedih, nyesel campur aduk
hingga kadang tak mengerti perasaan ini. Satu hal yang selalu menjadi motivasi
saya untuk harus segera bangkit bahwa tidak aka nada hal yang sia-sia sekecil
apapun di hadapan Allah. Maka harus segera berbenah.
Menata mimpi di kala tak lagi sendiri
bukanlah perkara yang mudah. Apalagi sebagai seorang wanita yang telah bersuami
dan bahkan memiliki 3 orang anak balita. Begitu banyak hal yang ingin dilakukan
tetapi kondisi yang ada memaksa diri untuk bersabar dan syukur. Selalu
menguatkan diri bahwa bagi seorang istri ridho suami tetap harus menjadi hal
utama yang harus dikantongi dalam meraih mimpi. Dan tentunya ketika tak lagi
sendiri mimpi ini bukan sekedar pemenuhan ambisi pribadi. Menata mimpi bersama,
hingga mimpi diri ini menjadi mimpi bersama. Belajar dan berbenah bersama meski
pasti tidak akan lebih mudah. Disinilah kami belajar untuk menahan ego pribadi
yang tak jarang sesekali muncul untuk membela diri. Astaghfirullah…
Mimpi kita tak sekedar bahagia dunia. Akhirat
tetap menjadi tujuan akhirnya. Semoga Allah menjadikan kami sekeluarga termasuk
golongan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Solichati,10Juni2018
#RuangBerkaryaIbu
#IbuProfesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#DialogIman
#Proyek1:MotivationProject
#Day30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar