Sabtu, 08 Juni 2019

BAGAIMANA LAPARKU HILANG

Hari ke 7 Ramadan drama tentang kerewelan anak-anak saat lapar menyapa belum menemukan jalan keluar yang tepat. Eh ayah bunda, jangan-jangan kita termasuk orang tua yang sering fokus pada masalah ya bukan pada solusi. Misalnya begini, saat lapar mulai menyerang kita bawaannya melihat ke belakang karena makan sahurnya kurang banyak, karena bangun nya kesiangan jadi sahur terburu-buru dan sederetan masalah lain yang kita ungkit sebagai penyebab utama mengapa rasa lapar terkadang muncul lebih awal.

Ternyata fokus pada masalah tidak akan menyelesaikan masalah. Bukan begitu?? Karena dengan mengungkit Masalah yang ada ternyata rasa lapar juga tidak kunjung hilang. Fokus pada solusi. Hari ini saya dan anak-anak mencoba mencari solusi yang tepat mengalihkan rasa lapar yang mulai menyapa sebelum waktu berbuka tiba. Setidaknya ada 3 solusi yang bisa dicoba sebagai distraksi rasa lapar yang mengganggu. Pertama bisa dicoba dengan mandi dan bermain air agar badan terasa lebih segar dan rewel berkurang. Kedua bermain yang tidak menghabiskan banyak energi. Dan ketiga tidur.

Maka sejak hari ini 3 solusi tadi akan dipilih sendiri oleh anak-anak untuk megusir rasa lapar dan haus yang mengganggu. Meski keduanya akan memilih cara yang berbeda sesuai dengan cara yang mereka suka. Maka dari ketiga solusi diatas yang paling sering dipilih adalah tetap bermain di dalam rumah, karena bagi mereka bermain tetap menjadi kegiatan yang menyenangkan. Tidur adalah cara terakhir yang akan mereka pilih ketika semua upaya sudah dilakukan dan lapar haus tak kunjung mereda.

Kerja bagus anak-anak sholih. Semoga Allah membarokahkan setiap amal dan usaha mu berlatih puasa. Aamiin

Solichati, 12 Mei 2019 (7 Ramadan 1440 H)


#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-7

KEHENDAK ALLAH BERLAKU ATAS SEMUANYA

Masihkah kita meragukan jika Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini? Atau pernah kah kita menyangsikan bahwa sekecil apapun kejadian yang ada di sekitar kita semua berjalan atas kehendak Nya. Entah itu kejadian buruk ataupun baik. Bukankah setiap kejadian buruk yang terjadi tanpa kita inginkan adalah ujian untuk menguji kesabaran kita? Bukankan setiap kejadian baik yang sangat kita harapkan adalah ujian untuk menguji rasa syukur kita?

Kejadian pagi tadi di hari ke 6 Ramadan membuat saya tersadar dengan nyata bahwa semua terjadi atas kehendak Allah. Dalam urusan sekecil apapun. Selama ini mungkin saya sering lalai, hanya meyakini kehendak Allah atas peristiwa yang besar. Bahkan setiap gerak mimik wajah yang kita dapati pada raut muka seseorang pun terjadi atas kehendak Allah. Apa yang akan kita lakukan saat Allah membuat wajah orang di depan kita tampak sinis atau bahkan mengabaikan kita ? Seketika yang muncul adalah sikap manusiawi kita, kecewa. Lantas berprasangka yang tidak seharusnya. Lebih lanjut kita mencari pembenaran atas sikap kita. Lebih jauh kita memasuki ranah yang bahkan dilarang yaitu mencari-cari kesalahan orang lain yang sudah bersikap tidak baik pada kita.

Maka saat itu kita terlupa bahwa dunia ini hanyalah panggung sandiwara. Kita hanya sebatas pemeran atas skenario yang disutradarai oleh Allah. Termasuk orang-orang di sekitar kita. Semua bermain peran atas perintah dan kehendak Allah. Inilah pengingat bagi saya bahwa yang Allah kehendaki dari kita adalah bagaimana sikap dan perilaku terbaik kita. Bahwa kita tidak akan dihisab atas perlakuan orang lain terhadap kita. Tetapi kita akan dihisab atas perlakuan kita pada orang lain. Maka cukup bermohon kepada Allah agar dibimbing menjadi manusia terbaik dalam menjalankan peran. Cukup balas keburukan orang lain dengan kebaikan yang sanggup kita upayakan.

Nyatanya kejadian ini adalah cara Allah mengingatkan diri untuk berbenah Menjadi lebih baik.


Solichati, 11 Mei 2019 (6 Ramadan 1440 H)


#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-6

TANPA PUTUS

Kata putus tak hanya menyedihkan untuk sebuah urusan ikatan. Entah itu persahabatan, persaudaraan ataupun ikatan yang lainnya. Ternyata kata putus inipun akan sangat menyedihkan untuk urusan membentuk kebiasaan. Terlebih kebiasaan baik yang butuh konsistensi hingga membentuk karakter. Dalam buku "Seven Habbits" yang menjadi best seller kala itu, disebutkan bahwa kebiasaan ini mampu membentuk karakter.

Butuh waktu setidaknya minimal 30 hari untuk membentuk kebiasaan tanpa putus. Ada yang mengatakan jika terputus 1 hari maka harus mengulang dari hari pertama. Dan memang benar adanya. Tanpa putus harus dilakukan untuk membentuk sebuah kebiasaan. Banyak cerita para bunda yang kesulitan memulai lagi untuk melatih toileting balitanya ketika latihan ini terputus sesaat bahkan hanya dengan sekali menggunakan pospak setelah dibiasakan ke kamar mandi. Harus mengulang dari awal dan dengan energi yang tidak sedikit untuk bersabar. Dan tentunya masih banyak lagi kejadian lain yang membutuhkan konsisten tanpa putus untuk melatih kebiasaan.

Dalam dunia pendidikan anak, kunci utamanya adalah pada kesepakatan aturan dan konsisten menjalankan aturan yang sudah disepakati. Sama halnya dengan keimanan yang akan diuji bagi mereka yang mengaku beriman. Maka konsisten juga akan diuji dengan tantangan baik pada orang tua ataupun pada anak. Bagaimana kita orang tua berusaha untuk komitmen menerapkan aturan yang disepakati meskipun terkadang anak akan menunjukkan sikap perlawanan atau merayu orang tua untuk membelokan aturan sesuai keinginan mereka. Tantrum, bagaimana kita orang tua bisa menyikapinya dengan cara yang tepat. Karena sekali orang tua mengalah dengan rayuan atau rengekan anak, maka anak akan menghafal cara untuk meluluhkan pertahanan orang tua.

Alhamdulillah... Allah masih memberikan kesempatan untuk belajar konsisten dengan aturan yang disepakati bersama anak-anak. Salah satu aturan yang kami sepakati adalah _Noddle Time_ yang sebelumnya tidak ada aturan, hingga ada aturan seminggu Sekali. Dan dalam dua bulan terakhir bisa diikuti polanya oleh anak-anak dua pekan sekali jadwal makan mie. Semoga apa yang kami sepakati bukan sebagai sebuah paksaan tetapi lebih pada pemahaman akan aturan yang sudah disepakati. Belajar dan bertumbuh bersama menjadi lebih baik.

Solichati, 10 Mei 2019 (5 Ramadan 1440 H)


#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-5

DAHULUKAN ORANG LAIN

Kamis adalah salah satu hari dimana catatan amal di angkat kepada Allah. Maka sebaik-baik amal saat catatan itu diangkat adalah saat sedang berpuasa. Hari ke 4 Ramadan, masih dengan segala perjuangan mengkondisikan diri dan anak-anak menikmati puasa. Tak sekedar haus dan lapar tapi memberikan rasa bahagia akan pahala istimewa dari berpuasa. Walaupun bagi kami masih tetap tidak mudah menumbuhkan fitrah keimanan pada putra-putra kami. Semoga Allah senantiasa membimbing kami.

Ada hal yang berbeda setiap hari Kamis sejak Ramadan tahun ini. Pengajian menjelang berbuka menjadi program keluarga besar mengisi aktivitas mushola di dekat rumah kami. Berbuka bersama jamaah mushola menjadi akhir dari rangkaian kegiatan yang di awali selepas sholat ashar. Sepertinya hampir sebagian besar orang akan sangat berharap menjadi yang pertama mendapatkan jatah makan dan minum berbuka puasa. Karena melepas haus dan lapar yang sudah tertahan sejak seharian menjadi hal yang istimewa dikala puasa. Terlebih untuk anak-anak.

Kami menyadari betul bahwa menyegerakan berbuka adalah perihal yang sangat dianjurkan. Tapi momen pengajian kali ini kami sepakat untuk mendahulukan orang lain mendapat kan jatah menu berbuka. Berbagi itu berat, tidak mudah tapi Allah sangat cinta. Tak perlu memaksa anak untuk gemar berbagi, cukup orang tua yang harus berbenah untuk memberi contoh indahnya berbagi agar mereka meneladani.

Solichati, 9 Mei 2019 (4 Ramadan 1440 H)


#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-4