AL-QUR’AN BUKU TERBAIK
Satu Jam Lebih Dekat dengan
Buku. Mencoba belajar untuk konsisten meluangkan waktu berkutat dengan aktivitas
literasi terutama membaca, menjadi tantangan tersendiri terlebih ketika
aktivitas ini bersama dengan anak-anak. Gaya belajar anak-anak yang beragam
membuat kegiatan membaca pun harus bervariasi agar ananda tetap merasa senang
saat berinteraksi dengan buku. Lain halnya jika kegiatan membaca ini saya
lakukan sendiri, bahkan mungkin bisa menghabiskan waktu berjam-jam jika tidak
dibatasi. Maka dengan proyek Rumah Baca ini setidaknya merutinkan kebiasaan
minimal 1 jam interaksi dengan buku. Agar tidak terlupa jika banyak aktivitas
lain atau malah sangat keasyikan membaca hingga melupakan aktivitas yang
lainnya.
Kegiatan literasi kami di
PoCaRi(Pojok Baca Cerita) hari ini adalah membaca cerita dari Al-Qur’an. Mengapa
literasi kali ini memilih Al-Qur’an sebagai bacaannya?? Jawaban utamanya adalah
karena kita Muslim. Tentunya selain sebagai kegiatan rutin anak-anak mengaji
dan mengahafal, kami ingin meyakinkan bahwa Al-Qur’an adalah buku terbaik
dengan banyak kisah yang bisa diambil pelajaran di dalamnya. Baik buruk, cerita
tentang nabi dan apa saja. Mendekatkan anak-anak dengan Al-Qur’an hingga mereka
akan memahami bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup terbaik bagi seorang muslim.
Pilihan cerita kali ini jatuh
pada surat Al-Qiyamah. Sebenarnya Bukan kebetulan memilih cerita ini. Sembari
membantu kakak Zaidan murojaah untuk ujian kenaikan level, surat ini yang
dipilihkan umi untuk dibacakan ceritanya. Ini yang saya katakana di awal tadi
gaya belajar anak menentukan berapa ia akan bertahan dengan buku. Kakak Ihan ia
tipikal visual kinestetik, maka buku bergambar seperti komik sangat disukai
daripada buku yang full text. Kakak Ihan pun mampu menangkap pesan hanya dengan
melihat gambar atau ekaspresi yang ada dalam gambar. Jadi bercerita dengan
mengembangkan imajinasi dari gambar yang dilihatnya bukan tulisan yang tertera.
Lain halnya dengan kakak Zaidan, dengan gaya belajar auditorinya ia lebih
senang jika buku yang ada dibacakan dengan nada dan intonasi yang dinamis,
seperti dongeng, cerita dan ekspresi pencerita menjadi titik tekan ia menangkap
pesan dari buku yang dibaca.
Ayat demi ayat yang sudah
dihafalkan kakak Zaidan kami baca bersama. Sesekali kakak zaidan yang
menglafalkan ayatnya, dan meminta umi untuk menceritakan arti dari ayat yang
dibaca. Masyaallah bercerita tentang hari kiamat sebenarnya bisa menjadi hal
yang menakutkan bagi anak-anak, ternyata dengan mengemas cerita sedemikian
rupa, duo kakak justru ketagihan dan penasaran dengan cerita di ayat
selanjutnya, begitu seterusnya hingga di akhir ayat. Meski banyak yang belum
dipahami dari makna dan bahasa, mereka tetap mendengarkan dan bertanya tentang
istilah asing bagi mereka. Apa itu? Kenapa ini? Kenapa itu? Dan umi pun
berusaha menjelaskan dengan bahasa yang sederhana untuk bisa dicerna oleh
mereka. Mungkin anak memang tidak begitu memahami tentang arti surat ini, mereka
berimajinasi sendiri tentang hari kiamat yang menakutkan. Di sisi lain umi
merinding dan membayangkan kedahsyatan kejadian hari kiamat. Ayat demi ayat membuat
hati ini bergemuruh, sedih, takut entah apalagi. Hingga sampai pada ayat ke
22-25 yang isi terjemahnya :
“Wajah-wajah (orang mukmin)
pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhan nya. Dan wajah (orang kafir) pada
hari itu muram. Mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang
sangat dahsyat”.
Tiba-tiba suara umi tercekat
dan tidak sanggup membendung air mata, menangis, dan berulang menangis. Dalam
hati berdoa semoga kami termasuk orang mukmin dengan wajah berseri-seri saat
bertemu dengan Tuhan kami. MasyaAllah tidak bisa membayangkan jika Allah
menghendaki pertemuan itu. Sangat berharap…. Sangat berharap. Meski disudut
hati yang lain ada rasa takut jikalau ternyata kemaksiatan kami menjadikan kami
termasuk orang-orang yang berwajah muram. Ya Rabb bimbing kami. Tunjukkanlah
jalan yang Lurus. Aamiin
Duo kakak pun ikut hanyut
bersama tangis umi yang tersedu, kakak Ihan sejenak diam mengamati wajah dan
tangis umi. Meski tanpa kata2 umi yakin nak kelembutan hatimu akan menangkap ini
dan semoga Allah menjadikan hatimu lembut dengan mendengar ayat-ayat Allah.
Kakak Zaidan pun ikut mewek, seolah hendak ikut menangis, memeluk umi dan
bertanya “Kenapa umi menangis?” umipun menjawab umi ingin nanti bisa ketemu
Allah…
Diskusi kami pun berlanjut
dengan bagaimana cara agar wajah kita bisa berseri-seri dan bisa bertemu Allah
kelak. Dan apasaja yang akan membuat wajah kita menjadi muram. Alhamdulillah
mereka pun menangkap hikmah atau pesan ayat akan balasan perbuatan baik dan
buruk. Hingga terucap dari lisan mereka “aku gak mau maksiat/berbuat jelek. Aku mau
berbuat baik biar wajahku berseri-seri.”
Masyaallah… Tabarokallah…
sholeh ya nak. Semoga Allah membimbing kita terus menjadi baik dan banyak
berbuat baik. Aamiin
Solichati,23 Mei 2018
#RuangBerkaryaIbu
#IbuProfesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#MotivationProject
#RumahBacaCerita
#PojokBacaCerita
#Day12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar