Rabu, 23 Mei 2018

RBI2#BUKU TERBAIK#Day12


AL-QUR’AN BUKU TERBAIK

Satu Jam Lebih Dekat dengan Buku. Mencoba belajar untuk konsisten meluangkan waktu berkutat dengan aktivitas literasi terutama membaca, menjadi tantangan tersendiri terlebih ketika aktivitas ini bersama dengan anak-anak. Gaya belajar anak-anak yang beragam membuat kegiatan membaca pun harus bervariasi agar ananda tetap merasa senang saat berinteraksi dengan buku. Lain halnya jika kegiatan membaca ini saya lakukan sendiri, bahkan mungkin bisa menghabiskan waktu berjam-jam jika tidak dibatasi. Maka dengan proyek Rumah Baca ini setidaknya merutinkan kebiasaan minimal 1 jam interaksi dengan buku. Agar tidak terlupa jika banyak aktivitas lain atau malah sangat keasyikan membaca hingga melupakan aktivitas yang lainnya.

Kegiatan literasi kami di PoCaRi(Pojok Baca Cerita) hari ini adalah membaca cerita dari Al-Qur’an. Mengapa literasi kali ini memilih Al-Qur’an sebagai bacaannya?? Jawaban utamanya adalah karena kita Muslim. Tentunya selain sebagai kegiatan rutin anak-anak mengaji dan mengahafal, kami ingin meyakinkan bahwa Al-Qur’an adalah buku terbaik dengan banyak kisah yang bisa diambil pelajaran di dalamnya. Baik buruk, cerita tentang nabi dan apa saja. Mendekatkan anak-anak dengan Al-Qur’an hingga mereka akan memahami bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup terbaik bagi seorang muslim.

Pilihan cerita kali ini jatuh pada surat Al-Qiyamah. Sebenarnya Bukan kebetulan memilih cerita ini. Sembari membantu kakak Zaidan murojaah untuk ujian kenaikan level, surat ini yang dipilihkan umi untuk dibacakan ceritanya. Ini yang saya katakana di awal tadi gaya belajar anak menentukan berapa ia akan bertahan dengan buku. Kakak Ihan ia tipikal visual kinestetik, maka buku bergambar seperti komik sangat disukai daripada buku yang full text. Kakak Ihan pun mampu menangkap pesan hanya dengan melihat gambar atau ekaspresi yang ada dalam gambar. Jadi bercerita dengan mengembangkan imajinasi dari gambar yang dilihatnya bukan tulisan yang tertera. Lain halnya dengan kakak Zaidan, dengan gaya belajar auditorinya ia lebih senang jika buku yang ada dibacakan dengan nada dan intonasi yang dinamis, seperti dongeng, cerita dan ekspresi pencerita menjadi titik tekan ia menangkap pesan dari buku yang dibaca.

Ayat demi ayat yang sudah dihafalkan kakak Zaidan kami baca bersama. Sesekali kakak zaidan yang menglafalkan ayatnya, dan meminta umi untuk menceritakan arti dari ayat yang dibaca. Masyaallah bercerita tentang hari kiamat sebenarnya bisa menjadi hal yang menakutkan bagi anak-anak, ternyata dengan mengemas cerita sedemikian rupa, duo kakak justru ketagihan dan penasaran dengan cerita di ayat selanjutnya, begitu seterusnya hingga di akhir ayat. Meski banyak yang belum dipahami dari makna dan bahasa, mereka tetap mendengarkan dan bertanya tentang istilah asing bagi mereka. Apa itu? Kenapa ini? Kenapa itu? Dan umi pun berusaha menjelaskan dengan bahasa yang sederhana untuk bisa dicerna oleh mereka. Mungkin anak memang tidak begitu memahami tentang arti surat ini, mereka berimajinasi sendiri tentang hari kiamat yang menakutkan. Di sisi lain umi merinding dan membayangkan kedahsyatan kejadian hari kiamat. Ayat demi ayat membuat hati ini bergemuruh, sedih, takut entah apalagi. Hingga sampai pada ayat ke 22-25 yang isi terjemahnya :
“Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhan nya. Dan wajah (orang kafir) pada hari itu muram. Mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat”.
Tiba-tiba suara umi tercekat dan tidak sanggup membendung air mata, menangis, dan berulang menangis. Dalam hati berdoa semoga kami termasuk orang mukmin dengan wajah berseri-seri saat bertemu dengan Tuhan kami. MasyaAllah tidak bisa membayangkan jika Allah menghendaki pertemuan itu. Sangat berharap…. Sangat berharap. Meski disudut hati yang lain ada rasa takut jikalau ternyata kemaksiatan kami menjadikan kami termasuk orang-orang yang berwajah muram. Ya Rabb bimbing kami. Tunjukkanlah jalan yang Lurus. Aamiin
Duo kakak pun ikut hanyut bersama tangis umi yang tersedu, kakak Ihan sejenak diam mengamati wajah dan tangis umi. Meski tanpa kata2 umi yakin nak kelembutan hatimu akan menangkap ini dan semoga Allah menjadikan hatimu lembut dengan mendengar ayat-ayat Allah. Kakak Zaidan pun ikut mewek, seolah hendak ikut menangis, memeluk umi dan bertanya “Kenapa umi menangis?” umipun menjawab umi ingin nanti bisa ketemu Allah…

Diskusi kami pun berlanjut dengan bagaimana cara agar wajah kita bisa berseri-seri dan bisa bertemu Allah kelak. Dan apasaja yang akan membuat wajah kita menjadi muram. Alhamdulillah mereka pun menangkap hikmah atau pesan ayat akan balasan perbuatan baik dan buruk. Hingga terucap dari lisan mereka “aku gak mau maksiat/berbuat jelek. Aku mau berbuat baik biar wajahku berseri-seri.”
Masyaallah… Tabarokallah… sholeh ya nak. Semoga Allah membimbing kita terus menjadi baik dan banyak berbuat baik. Aamiin

Solichati,23 Mei 2018

#RuangBerkaryaIbu
#IbuProfesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#MotivationProject
#RumahBacaCerita
#PojokBacaCerita
#Day12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar