ANTARA HIJAB DAN HIJRAH
Masih lekat dalam ingatan sekelumit kisah
perjuangan dan metamorfosa diri menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya.
Mencoba mengingat tanggal dan bulan tepatnya ketika hidayah Allah datang dan
menyapa. Mengusik hati, mengubah cara pikir dan menggerakan diri untuk bergegas
berubah. Ramadhan di tahun 2001 Masehi, menjadi pengingat bahwa itulah
momen-momen special yang ditakdirkan Allah menjadi momentum untuk berhijrah. Ya
tepatnya di tahun itu ketika Bapak Gus Dur menjabat sebagai presiden dan
memberlakukan libur panjang di bulan suci Ramadhan, saat itulah mulai banyak
scenario Allah yang menggiring saya berkutat dengan pikiran untuk merubah diri.
Tidak ada satupun yang kebetulan di dunia
ini, begitu pula ketika Allah mempertemukan saya dengan beberapa teman di Tim
Bina Vokalia (heeee hobi nyanyi yang disalurkan saat itu) di salah satu SMA di
Kota Batu, disisi lain Allah pun mempertemukan saya dengan beberapa teman Rohis
dikesempatan yang berbeda. Dua jalan, dua dunia dan dua kebiasaan yang saya
temui berbeda di antara dua kelompok teman saat itu. Sejujurnya saya bukanlah
siapa-siapa, hanya sosok anak ABG yang ingin menyalurkan hobi di dua tempat
bersamaan. Menyanyi di tim bina vokalia dan mengikuti kajian di rohis pada
kesempatan yang lain. Maklum saya dilahirkan dari keluarga muslim yang notabene
juga sangat terbatas ilmu pengetahuan tentang agama. Maka Rohis menjadi salah
satu tempat pelarian tentang kegalauan mencari pengetahuan agama. Hingga Allah
mempertemukan dengan teman-teman yang membuat saya nyaman, grup nasyid di
Rohis. Maka saat itu hoby menyanyi yang selama ini saya salurkan di tim bina
vokalia berubah haluan menjadi vokalis di tim nasyid Rohis. Menemukan
kenyamanan dan kebersamaan. Allah sangat sayang…
Dekat dengan teman-teman di Rohis setidaknya
turut andil terhadap perubahan diri saya. Bersitan niatan untuk memakai
kerudung mulai muncul dalam benak saya saat itu, meski banyak juga dintara
teman-teman rohis yang belum berkerudung. Karena niatan belum kuat maka
kerudung pun tak kunjung bertengger dikepala saya. Hingga momen libur satu
bulan dibulan Ramadhan tahu 2001 menjadi sarana untuk belajar berkerudung. Saya
masih ingat kala itu kerudung bergo menjadi andalan karena tidak suka ribet
dengan kerudung segi empat. Selama mencoba untuk berkerudung di bulan Ramadhan,
saat itu pula terbersit untuk menggunakan kerudung seterusnya. Maka awal masuk
sekolah stelah libur hari raya adalah saatnya, pikir saya waktu itu. Karena
sudah menemukan kenyamanan menggunakan kerudung.
Ternyata angan dan harapan tak semudah
itu untuk diwujudkan. Ketika menyampaikan keinginan pada kedua orang tua,
penolakan lah yang muncul. Mulai dari kata percuma menjahitkan seragam baru
lagi hingga kekhawatiran akan masa depan (pekerjaan dan jodoh) menjadi alasan
bagi orang tua untuk tidak mengijinkan. Kecewa tentunya dengan respon orang tua
yang tidak mendukung, berbekal nekat menggunakan uang tabungan untuk membeli
kain seragam dan beberapa kerudung setidaknya membuat orang tua merasa dipaksa
dan meyakinkan bahwa keinginan saya sangat kuat untuk berkerudung. Hingga
akhirnya ridho orang tua pun saya kantongi. Masih ingat pesan Bapak waktu itu,
bahwa berkerudung itu berat, tidak boleh main-main, jadi kalau sudah memutuskan
maka tidak boleh buka tutup jilbab. Merenung dan berpikir akankah berat ujian
saat nanti sudah berkerudung?? Sesungguhnya segala kemudahan dating dari Allah
bagi hambaNya yang ingin mendekat. Bismillah…
Alhamdulillah Allah pun menguatkan. Sejak
awal masuk liburan lebaran tahun 2001 hingga sekarang jilbab masih istiqomah
untuk dikenakan. Meski selama perjalanan kurang lebih 16 tahun terus belajar
berhijab masih banyak ujian yang menguji keimanan, mulai dari tentangan dari
keluarga besar yang menduga saya ikut aliran aneh-aneh, model hijab hingga
kelengkapan hijab sesuai syariat yang masih belajar untuk dikenakan dengan
baik. Bukankah Allah memang akan menguji keimanan hambaNya?!! Bagi saya saat
itu tak perlulah berdebat tentang dalil mana yang saya gunakan untuk berhijab.
Maka kesungguhan dan akhlak baik yang saya tunjukkan saat bermuamalah dengan
saudara menjadi jaminan untuk meyakinkan orang-orang di sekitar saya. Bahwa
sesungguhnya berhijab saja tidak cukup, maka harus diiringi dengan hijrah
dengan sebenar-benar hijrah menjadi insan yang lebih baik. Karena hijab ini
menjadi tanggungjawab moral untuk dibuktikan dengan kebaikan akhlak. Perjuangan
akan terus dimulai kapanpun dan dimanapun…
Inilah sekelumit kisah jilbab pertamaku
yang mulai kukenal, kukenakan dan kukenang sejak di bangku kelas 2 SMA.
Kenangan dan perjuangan yang indah, semoga membawa akhir yang indah dan baik.
Aamiin.
Solichati, 13/12/2017
#Tantagan3
#RumbelMenulis
#IIPMrJatsela
#JilbabPertamaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar