ADA APA DENGAN MAKAN SEADANYA??
Untuk kesekian kalinya, setelah bersama
hampir 9 tahun, pertanyaan atau bujukan untuk membeli makanan dikala saya
sedang tidak banyak waktu untuk berkutat di dapur, jawabannya adalah Makan seadanya saja. Ada bunda-bunda yang kayak gini juga gak sih? Hmmm
kadang kalau dibawa baper akan muncul rasa ih kok gak pengertian banget sih
sama istri. Beli makanan kan lebih simple, cepat dan langsung segera makan. Tapi
ada kalanya pikir dan rasa ini diajak berkelana tentang banyak hal yang patut
disyukuri dari pasangan yang seperti ini.
Betapa tidak? Saya banyak belajar melihat
dari sisi positifnya. Tentang rasa cukup. Apapun yang saya masak, apapun
rasanya tetap akan dinikmati tanpa keluhan. Jangan-jangan karena itu yang
dicontohkan Rasulullah ya, pura-pura enak aja masakannya atau kalau gak suka ya
gak dimakan tanpa mengejek makanan. Heee entahlah.. Yang bikin salut lagi
selalu bantu urusan perdapuran untuk menyiapkan menu yang apa adanya… heeee.
Betapa tidak bersyukur lagi, ketika kata-kata
makan seadanya itu mengajak saya
meluncur ke dompet sakti bulanan… MasyaAllah hanya karena urusan makan saja,
kami belajar banyak untuk berhemat dalam urusan perut. Dan lebih banyak
memanfaat kan uang untuk urusan yang jangka panjang, investasi dunia akhirat.
Meski makanan sebenarnya juga untuk urusan jangka panjang dalam mempertahankan
kesehatan ya… Justru karena inilah makan seadanya dengan olahan sehat rumahan,
tanpa bumbu siap saji dan yang serba instan lebih disukai suami. Meski sesekali
jika ada urusan yang darurat saja beli makanan diluar tetap dibutuhkan.
Makan seadanya pulalah yang mengajarkan
karakter pada anggota rumah kami untuk hidup sederhana, berjuang menciptakan
menu makan, sibuk di dapur bersama semua anggota keluarga. Mungkin bagi sebagian
yang lainnya akan berpikir kenapa pilih ribet sih, pilih yang praktis sajalah
atau pertimbangan yang lainnya. Tapi tidak bagi kami, dapur pun bisa menjadi
tempat belajar bagi kami, membentuk karakter kami. Bahwa semua harus
diperjuangkan, tidak instan, melatih berinovasi, melatih kemandirian dan tumbuh
kembang anak-anak saat membantu urusan di dapur. Dan masih banyak manfaat yang
lainnya lagi…
Kalau mau berpikir jangka panjang lagi…
filosofi seadanya ini mengajarkan kami untuk merasa cukup dengan nikmat yang
didepan mata. Tak banyak menuntut memiliki sesuatu yang belum tentu bisa jadi
milik kita. Tak perlu melirik ini itu milik orang lain yang terkadang
menghalalkan segala cara untuk memilikinya. Betapa banyak praktek Riba, Zina
(perselingkuhan), mencuri, dan masih banyak lagi yang berangkat dari kebiasaan tidak
puas dengan yang sudah dimiliki. Karena keinginan akan barang-barang tersier
yang belum tentu dibutuhkan, tumbuh suburlah pinjaman riba untuk barang
keinginan. Dan seperti kesulitan bercerai dengan riba dengan alasan ini sudah
biasa. Astaghfirullah… Tidak puas dengan pasangan yang seadanya, berkelanalah
mata dan hati mencari yang tak halal. Zina pun merajalela bahkan sudah seperti
kebiasaan yang wajar. Astaghfirullah…
Setidaknya dengan belajar makan seadanya,
kami belajar untuk merasa cukup dengan pemberian Allah. Belajar untuk
menciptakan yang halal dan thoyib dari dapur kami. Belajar mengalihkan keuangan
untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat.
Cukuplah ini untuk urusan yang mendekatkan
kami pada dunia. Tetapi tidak sebaliknya untuk urusan ibadah kepada Allah… persembahan amal terbaik,
bukan seadanya, yang akan kita pertanggungjawabkan pada Allah.
Solichati,06JuLi2018
#RumbelMenulis
#IPMalangRaya
#SetoranMingguan
#JuliPekan1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar