Jumat, 06 Juli 2018

MAKAN SEADANYA#RBMenulis#Juli1


ADA APA DENGAN MAKAN SEADANYA??

Untuk kesekian kalinya, setelah bersama hampir 9 tahun, pertanyaan atau bujukan untuk membeli makanan dikala saya sedang tidak banyak waktu untuk berkutat di dapur, jawabannya adalah Makan seadanya saja.  Ada bunda-bunda yang kayak gini juga gak sih? Hmmm kadang kalau dibawa baper akan muncul rasa ih kok gak pengertian banget sih sama istri. Beli makanan kan lebih simple, cepat dan langsung segera makan. Tapi ada kalanya pikir dan rasa ini diajak berkelana tentang banyak hal yang patut disyukuri dari pasangan yang seperti ini.

Betapa tidak? Saya banyak belajar melihat dari sisi positifnya. Tentang rasa cukup. Apapun yang saya masak, apapun rasanya tetap akan dinikmati tanpa keluhan. Jangan-jangan karena itu yang dicontohkan Rasulullah ya, pura-pura enak aja masakannya atau kalau gak suka ya gak dimakan tanpa mengejek makanan. Heee entahlah.. Yang bikin salut lagi selalu bantu urusan perdapuran untuk menyiapkan menu yang apa adanya… heeee.

Betapa tidak bersyukur lagi, ketika kata-kata makan seadanya itu mengajak saya meluncur ke dompet sakti bulanan… MasyaAllah hanya karena urusan makan saja, kami belajar banyak untuk berhemat dalam urusan perut. Dan lebih banyak memanfaat kan uang untuk urusan yang jangka panjang, investasi dunia akhirat. Meski makanan sebenarnya juga untuk urusan jangka panjang dalam mempertahankan kesehatan ya… Justru karena inilah makan seadanya dengan olahan sehat rumahan, tanpa bumbu siap saji dan yang serba instan lebih disukai suami. Meski sesekali jika ada urusan yang darurat saja beli makanan diluar tetap dibutuhkan.

Makan seadanya pulalah yang mengajarkan karakter pada anggota rumah kami untuk hidup sederhana, berjuang menciptakan menu makan, sibuk di dapur bersama semua anggota keluarga. Mungkin bagi sebagian yang lainnya akan berpikir kenapa pilih ribet sih, pilih yang praktis sajalah atau pertimbangan yang lainnya. Tapi tidak bagi kami, dapur pun bisa menjadi tempat belajar bagi kami, membentuk karakter kami. Bahwa semua harus diperjuangkan, tidak instan, melatih berinovasi, melatih kemandirian dan tumbuh kembang anak-anak saat membantu urusan di dapur. Dan masih banyak manfaat yang lainnya lagi…

Kalau mau berpikir jangka panjang lagi… filosofi seadanya ini mengajarkan kami untuk merasa cukup dengan nikmat yang didepan mata. Tak banyak menuntut memiliki sesuatu yang belum tentu bisa jadi milik kita. Tak perlu melirik ini itu milik orang lain yang terkadang menghalalkan segala cara untuk memilikinya. Betapa banyak praktek Riba, Zina (perselingkuhan), mencuri, dan masih banyak lagi yang berangkat dari kebiasaan tidak puas dengan yang sudah dimiliki. Karena keinginan akan barang-barang tersier yang belum tentu dibutuhkan, tumbuh suburlah pinjaman riba untuk barang keinginan. Dan seperti kesulitan bercerai dengan riba dengan alasan ini sudah biasa. Astaghfirullah… Tidak puas dengan pasangan yang seadanya, berkelanalah mata dan hati mencari yang tak halal. Zina pun merajalela bahkan sudah seperti kebiasaan yang wajar. Astaghfirullah…

Setidaknya dengan belajar makan seadanya, kami belajar untuk merasa cukup dengan pemberian Allah. Belajar untuk menciptakan yang halal dan thoyib dari dapur kami. Belajar mengalihkan keuangan untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat.

Cukuplah ini untuk urusan yang mendekatkan kami pada dunia. Tetapi tidak sebaliknya untuk urusan  ibadah kepada Allah… persembahan amal terbaik, bukan seadanya, yang akan kita pertanggungjawabkan pada Allah.


Solichati,06JuLi2018

#RumbelMenulis
#IPMalangRaya
#SetoranMingguan
#JuliPekan1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar