TAMU
ISTIMEWA
Sudah
menjadi sebuah kebiasaan di rumah kami jika mendapatkan kabar akan kedatangan
seorang tamu, maka seisi rumah akan berbenah. Setidaknya ruang tamu bersih dan
tertata rapi serta tak lupa menyajikan kue atau minimal minuman air mineral.
Pernah suatu ketika atau beberapa kali ketika tamu datang tanpa memberi kabar
dan kami tidak bersiap-siap, sedikit rasa kecewa menggelayut dalam perasaan
kami. Tidak mampu memuliakan tamu. Meskipun dalam pandangan yang bertamu,
mereka berniat tak ingin merepotkan tuan rumah.
Ahad pagi,
tepatnya 5 Mei 2019. Saya pun mulai berbenah seisi rumah sesuai dengan
kesanggupan. Menurunkan standart perfeksionis harus sesekali dilakukan, karena
tidak jarang ketika target harus segera diselesaikan riuh anak-anak akan
menyita perhatian. Membuka semua pintu dan jendela rumah, membersihkan debu,
menyapu lantai hingga mengepel selesai dilakukan dalam beberapa menit, tentunya
atas ijin Allah. Aktivitas pagi ini menjadi lebih sibuk meskipun hari libur.
Sesekali kami tampak tergesa-gesa harus segera menuntaskan satu pekerjaan dan
segera beralih ke pekerjaan yang lain. Dan yang tidak kalah penting agenda
utama kami pagi ini adalah menghadiri majelis ilmu di salah satu Masjid di kota
kami. Anak-anak pun sudah disiapkan sejak semalam untuk bisa mengikuti
pengajian dengan baik. Salah satunya adalah dengan mengijinkan mereka membawa
beberapa mainan untuk mengatasi kebosanan di antara waktu yang cukup lama.
Akhirnya dengan segala daya dan upaya tepat pukul 8 pagi kami semua sudah siap
untuk berangkat, meskipun sesekali anak-anak harus dituntut untuk bersegera. Tidak
mengapa lah menurut saya karena sedikit mengajarkan pada mereka untuk bersegera
dalam kebaikan.
“Tamu istimewa itu akan segera datang nak,
kita harus segera bersiap-siap”, begitu kata
saya saat sesekali mendapati anak-anak mulai terdistraksi meninggalkan tugas
mereka membereskan barang-barang mereka yang berserakan. “Siapa mik?” dengan rasa penasaran mereka menanyakan seolah
membayangkan akan ada banyak teman datang dan bermain kerumah seperti ketika
ada teman umi yang berkunjung mengajak semua putra putrinya. “Ramadan, nak. Allah hadirkan Ramadan
ditengah-tengah kita membawa banyak keberkahan”. Nampaknya rasa penasaran
akan tamu istimewa belum juga membuat mereka puas dengan jawaban umi. Memang
tidak mudah memahamkan pada anak-anak tentang hal yang tak kasat mata bagi
mereka. Perkara tentang keberadaan Tuhan, malaikat, nabi dan masih banyak lagi.
Lagi-lagi emak dituntut untuk banyak belajar bagaimana menumbuhkan fitrah
keimanan pada anak.
Keimanan
memang tidak diturunkan dari orang tua pada anaknya. Maka keteladanan menjadi
ikhtiar dan doa menjadi kunci utama agar keimanan ini mendarah daging pada jiwa
putra putri kita. Semoga ikhtiar menjemput tamu istimewa, Ramadan, dengan suka
cita menjadi teladan bagi mereka yang akan terus mereka kenang. Jika menyambut
tamu yang berkunjung hanya beberapa jam saja banyak persiapan yang harus
dilakukan. Lantas bagaimana dengan Ramadan yang menjadi tamu istimewa sebulan
lamanya. Tentulah banyak hal yang harus disiapkan untuk menjamunya agar
keberkahan Ramadan senantiasa mengiringi rumah kita. Tak cukup menghias dengan
penampilan fisik, tempelan beraneka tulisan dan pita, atau mungkin baju baru
dan yang lainnya. Maka amalan ibadah utama di bulan Ramadan juga menjadi jamuan
yang akan membuatnya makin istimewa. Inilah keteladanan utama, semoga Allah
mengijinkan Ramadan tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Semoga Allah
semakin menguatkan keimanan kami sebagai orang tua, dan menumbuhkan keimanan
pada jiwa putra putri kami.
Solichati, 7 Mei 2019 (2 Ramadan 1440 H)
#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar