MEMBERI DAN
MENERIMA
Alhamdulillah
memasuki hari kedua puasa Ramadan, anak-anak sudah mulai menikmati menahan rasa
lapar dengan mengalihkan ke aktivitas yang bermanfaat dan mengusir kejenuhan. Melanjutkan
menghias rumah dan membantu mengemas bahan pokok yang akan diberikan pada
karyawan abi. Sembari membantu sesekali mereka bertanya mengapa harus
membagikan sembako dan yang lainnya. Yap saat yang tepat mendiskusikan dengan
anak-anak perintah Allah dan contoh Nabi tentang sedekah. Sebisa yang umi
lakukan untuk memahamkan pada mereka bahwa dengan memperbanyak sedekah kita
tidak akan miskin. Justru sebaliknya kita akan semakin kaya. Bahwa tidak setiap
balasan kebaikan itu akan kita terima di dunia tapi akhirat yang paling utama. Dan
meyakinkan mereka bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada
kita, manfaatnya untuk kita.
Seperti
biasa saya selalu belum tentu yakin bahwa diskusi tentang hal-hal yang tidak
nyata sangat tidak mudah saat mendidik anak-anak. Memohon pada Allah semoga
Allah memberikan peristiwa yang akan memudahkan mereka untuk memahami. Dan yap
tidak lama setelahnya, rangkaian peristiwa pun Allah hadirkan sesuai kehendak
Nya. Bel rumah berbunyi 3 kali saat umi sedang sholat ashar. Tamu tak di undang
tapi membawa hantaran. Hahahaha siapa yang tak senang. Spontan anak-anak pun
senang seperti sudah membayangkan akan berbuka dengan menu lezat pemberian
orang. Tak hanya satu tamu, tamu berikutnya pun datang dengan tujuan serupa. Ya
Rabb kenikmatan yang tampak di mata anak-anak tanpa bersusah payah. Nikmat mana
lagi yang kau dustakan. Beginilah cara Allah tunjukkan kebaikan itu akan
kembali pada kita sendiri, bahkan baru sebatas niat. Selagi paket sembako yang
sudah dikemas rapi belum terkirim pada karyawan, Allah sudah mengirimkan paket
makanan dari tangan-tangan yang dituntun Allah. Allah Maha Baik, Allah Maha
Adil.
Meski jika
ditelisik sempat terbersit keluhan pada hati umi. Hmmm kok hantaran datang
dikala umi sudah selesai memasak menu berbuka. Seketika harus dihapus dengan
banyak istighfar karena tak seharusnya nikmat yang Allah kirimkan masih harus
berbalas dengan keluhan. Alhamdulillah berkahnya anak-anak senang dan tak perlu
repot menyiapkan menu santap sahur. Bonus lebihnya lagi bisa menambah amalan di
sisi yang lain.
Menjadi pengingat
bahwa sering ketika sudah repot memasak, ternyata seisi rumah pun enggan
menyentuhnya. Bahkan yang awalnya diniatkan menyiapkan hidangan ketika suaami
pulanh harus berujung pada menu yang utuh tak tersentuh karena suami pulang
sudah dalam kondisi kenyang. Nafsu nya bilang “Haaah tau gitu tadi gak usah
masak!” Astaghfirullah. Bukankah semua yang kita lakukan harus kita sandarkan
pada Allah, tanpa meminta balasan dari makhluk. Maka dari sini tak aka nada rasa
kecewa yang berkepanjangan. Bahkan jika dirunut suami pulang dalam kondisi
kenyang pun bisa jadi karena tak ingin merepotkan istri di rumah untuk
menyiapkan menu dan yang lainnya. Berbaik sangkalah. Allah tetap tidak akan
menyia-nyiakan proses.
Solichati, 7 Mei 2019 (2 Ramadan 1440 H)
#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar