Rabu, 08 Mei 2019

MEMBERI DAN MENERIMA


MEMBERI DAN MENERIMA

Alhamdulillah memasuki hari kedua puasa Ramadan, anak-anak sudah mulai menikmati menahan rasa lapar dengan mengalihkan ke aktivitas yang bermanfaat dan mengusir kejenuhan. Melanjutkan menghias rumah dan membantu mengemas bahan pokok yang akan diberikan pada karyawan abi. Sembari membantu sesekali mereka bertanya mengapa harus membagikan sembako dan yang lainnya. Yap saat yang tepat mendiskusikan dengan anak-anak perintah Allah dan contoh Nabi tentang sedekah. Sebisa yang umi lakukan untuk memahamkan pada mereka bahwa dengan memperbanyak sedekah kita tidak akan miskin. Justru sebaliknya kita akan semakin kaya. Bahwa tidak setiap balasan kebaikan itu akan kita terima di dunia tapi akhirat yang paling utama. Dan meyakinkan mereka bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita, manfaatnya untuk kita.

Seperti biasa saya selalu belum tentu yakin bahwa diskusi tentang hal-hal yang tidak nyata sangat tidak mudah saat mendidik anak-anak. Memohon pada Allah semoga Allah memberikan peristiwa yang akan memudahkan mereka untuk memahami. Dan yap tidak lama setelahnya, rangkaian peristiwa pun Allah hadirkan sesuai kehendak Nya. Bel rumah berbunyi 3 kali saat umi sedang sholat ashar. Tamu tak di undang tapi membawa hantaran. Hahahaha siapa yang tak senang. Spontan anak-anak pun senang seperti sudah membayangkan akan berbuka dengan menu lezat pemberian orang. Tak hanya satu tamu, tamu berikutnya pun datang dengan tujuan serupa. Ya Rabb kenikmatan yang tampak di mata anak-anak tanpa bersusah payah. Nikmat mana lagi yang kau dustakan. Beginilah cara Allah tunjukkan kebaikan itu akan kembali pada kita sendiri, bahkan baru sebatas niat. Selagi paket sembako yang sudah dikemas rapi belum terkirim pada karyawan, Allah sudah mengirimkan paket makanan dari tangan-tangan yang dituntun Allah. Allah Maha Baik, Allah Maha Adil.

Meski jika ditelisik sempat terbersit keluhan pada hati umi. Hmmm kok hantaran datang dikala umi sudah selesai memasak menu berbuka. Seketika harus dihapus dengan banyak istighfar karena tak seharusnya nikmat yang Allah kirimkan masih harus berbalas dengan keluhan. Alhamdulillah berkahnya anak-anak senang dan tak perlu repot menyiapkan menu santap sahur. Bonus lebihnya lagi bisa menambah amalan di sisi yang lain.

Menjadi pengingat bahwa sering ketika sudah repot memasak, ternyata seisi rumah pun enggan menyentuhnya. Bahkan yang awalnya diniatkan menyiapkan hidangan ketika suaami pulanh harus berujung pada menu yang utuh tak tersentuh karena suami pulang sudah dalam kondisi kenyang. Nafsu nya bilang “Haaah tau gitu tadi gak usah masak!” Astaghfirullah. Bukankah semua yang kita lakukan harus kita sandarkan pada Allah, tanpa meminta balasan dari makhluk. Maka dari sini tak aka nada rasa kecewa yang berkepanjangan. Bahkan jika dirunut suami pulang dalam kondisi kenyang pun bisa jadi karena tak ingin merepotkan istri di rumah untuk menyiapkan menu dan yang lainnya. Berbaik sangkalah. Allah tetap tidak akan menyia-nyiakan proses.

Solichati, 7 Mei 2019 (2 Ramadan 1440 H)

#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar